Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs
Bukan sesuatu yang istimewa, hanya rangkaian kata sederhana
Kamis, 09 April 2015

Bisakah Kita Berteman?

Aku bercengkrama dengan seseorang. Aku baru saja mengenalnya, mungkin ini pertama kalinya kita berbicara dengan banyak kosakata. Sebelumnya yang kita lakukan hanya sebatas saling menatap atau mungkin berbicara satu dua kata yang tidak terlalu penting.

Kita baru saja saling mengenal, tapi mengapa rasanya aku sudah mengenalmu jauh sebelum perbincangan kita sore itu. Satu hal yang tiba-tiba ada dipikiranku tentang kamu, "kamu terlalu rumit untuk menjadi seseorang." Tapi aku mulai paham mengapa kamu bersikap dingin. Bukankah segala akibat selalu memiliki sebab? Aku tidak tahu pasti apa yang kamu rasakan. Namun aku berusaha memahami bagaimana perasaanmu.

Banyak yang ingin kuketahui tentang kamu. Banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Namun aku terlalu takut dan aku terlalu pengecut untuk menanyakannya padamu. Aku takut kamu malah salah presepsi tentangku. Terlalu banyak trauma yang kualami, sehingga aku tidak tahu apa yang mesti aku perbuat. Haruskah aku menjadi temanmu? Bisakah aku menjadi temanmu?

Saat kau menceritakan tentang dirimu. Saat kau tertawa. Saat kau begitu terbuka padaku padahal kita baru saja saling mengenal. Aku jadi penasaran, bagaimana caramu memandang hidup ini?

Kukira aku tidak membutuhkan jawaban atas segala pertanyaanku tentangmu. Entah mengapa ketika melihat salah satu media sosialmu, aku bisa merasakan apa yang kau rasakan. "Kamu berbeda," ucapku dalam hati.

Banyak hal yang membuatku berdecak kagum terhadapmu, namun aku tidak tahu pasti apa alasannya. Yang jelas dimataku kamu istimrwa. Jadi, bisakah kita terus saling mengenal? Bisakah kita berteman?

Tolong jawab pertanyaanku jika kau membacanya...
Selasa, 07 April 2015

Sebab Aku Terlalu Takut

Ini pertemuan kesekian kita sejak pertama kali aku menjatuhkan mataku pada bayang dirimu yang berada disebrang sana. Kau asik membidik objek, sedangkan aku asik memandangimu. Hari itu hari dimana aku baru memulai kehidupan menjadi seorang mahasiswa. Awalnya aku tidak ingin jatuh cinta, awalnya aku berkomitmen untuk menutup hatiku rapat-rapat. Tapi siapa yang bisa menebak isi hati seseorang?

Sebab terlalu sering kumencinta tanpa balasan. Karena berulangkali aku diberi harapan kemudian dijatuhkan kedasar jurang. Cinta harusnya tidak menyakitkan, tidak sakit begitu parah. Namun apa yang sering kujadikan alasan untuk mencintai selalu menyakitkan hati.

Aku tak pernah berani menatap lebih jauh kedalam matamu, sebab aku terlalu takut untuk menerka dan terbelenggu didalamnya. Menurutku, mata adalah cermin yang tak pernah berbohong. Tidak seperti kertas yang dapat berubah menjadi kotor karena tertumpah tinta. Karena mata adalah perkataan paling jujur dibandingkan lisan. Sebab aku tak pernah berani menatapmu. Aku terlalu takut. Aku sangat takut. Takut menemukan hal yang bisa membuatku terjerembab dalam perasaan ini, kemudian retakan hati yang sudah kususun menjadi hancur lagi.

Biarkan aku menjadi penggemar rahasiamu saja. Cukup hanya memandangmu dari kejauhan. Cukup dengan menundukkan kepalaku dalam-dalam ketika kau melewati aku. Sebab aku terlalu takut memandang kedua mata indahmu.




Penikmat keindahanmu,

Aku