Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs
Bukan sesuatu yang istimewa, hanya rangkaian kata sederhana
Rabu, 10 Juli 2013

Wahai Kamu, Masa Lalu Kekasihku



Aku terhenyak. Aku lupa bagaimana caranya membenci seseorang yang telah menjadi masa lalu orang yang Aku sayangi saat ini. Sebab Aku sudah terlalu lama tak memiliki. Sendirian. Tanpa siapapun yang mendampingi.
Baru kali ini, setelah sekian lama tak memiliki, setelah sekian lama sendiri. Ketika Aku dihadapkan pada seseorang yang kusuka. Bukan, bukan sekedar kusuka, saat ini lebih dari itu: Cinta. Aku mencintai dia. Iya, DIA, kekasihku yang sudah beberapa bulan ini menemaniku menaungi hari, jam, menit hingga detik.
Dia, yang datang dengan membawa keajaiban saat Aku mulai putus asa pada harapan dan kepercayaan. Dia yang sejatinya selalu ada dalam angan. Dia, yang raganya pernah kurenggut dari seorang wanita bernama Kamu. Bukan, Aku tak merenggutnya. Hanya saja, takdir yang menjentikkan jemarinya mempertemukan Aku dan Dia. Bukan, bukan Aku.
Kini demi menebus salah yang kutoreh akibat rasa sakit karena takdir (meskipun bukan kemauanku), Aku malah begitu memperhatikanmu. Bahkan perhatian itu lebih besar ketimbang perhatianku pada seseorang yang kucintai: Dia. Harusnya Aku membencimu, karena Kamu adalah masa lalu orang yang kucintai, bukan malah memperhatikanmu begitu dalam seperti ini. BODOH!
Ketika memperhatikanmu seperti ini ada rasa yang begitu... ah, sangat sulit kuprediksi, kujabarkan dan kujelaskan. Aku harus seperti apa, wahai Kamu? Aku gamang. Perasaan ini sulit kujabarkan. Aku mencintai Dia, namun Aku tak ingin menyakitimu. Sebab itu, Aku tak ingin—bermesraaan—dengan masa lalu Kamu dan sosok yang kumiliki saat ini.
Kubuka lagi percakapan yang pernah kita lewati beberapa waktu lalu. Aku sadar dan Aku tahu, jauh dalam lubuk hatimu masih tersebar rasa kecewa dan amarah yang begitu mendalam padaku. Tapi jujur, aku tak mengetahui kalau alur takdir akan berjalan semenakutkan ini.
Aku tak tahu harus bersikap bagaimana ketika dihadapkan denganmu. Baikkah? Jahatkah? Menyukaimu atau membencimu? Wahai Kamu, tahukah? Hingga detik ini, namamu masih ada dalam cengkrama antara Aku dan Dia. Ada rasa yang begitu menyayat perasaan ini, jujur. Aku masih merasa cemburu, meski sudah berulang kali Dia mengatakan bahwa ‘kamu adalah satu-satunya wanita yang masih sangat aku inginkan hingga detik ini’.
Wahai Kamu, masa lalu seseorang yang kucintai, dengarlah Aku. Aku yang menjadi kekasih masa lalumu. Aku tak ingin membencimu karena perasaan ini, jua tak ingin memperhatikanmu sedalam ini. Jadi, ajarkan aku bagaimana caranya aku harus bersikap padamu. Terimakasih.

0 komentar:

Posting Komentar