Ada yang pernah mengatakan padaku
‘apa yang kamu lihat sekarang, suatu saat akan berubah tidak sesuai dengan apa
yang kamu lihat sekarang’ dan mungkin aku kini mempercayainya.
Ajari aku melupakan..
Wahai bintang diujung sana, kamu
telah merebut senjaku kembali. Bagaimana mungkin dengan mudah kau merebutnya? Padahal
selama ini aku sudah bersusah payah untuk mempertahankannya. Mempertahankan
apapun yang kumiliki, termasuk hati.
Wahai bintang diperbatasan malam,
bisakah kau menjelaskan segala kegundahan yang sering menghampiriku akhir-akhir
ini? Rasanya sangat aneh bila tak ada kabar darimu. Rasanya aneh bila aku tak
melihat keindahanmu. Kau bagai candu untukku. Aku merasa takluk padamu. Aku
mencintaimu, mungkin.
Padahal akhir-akhir ini aku sudah
mencoba untuk memberikan semua yang aku miliki. Perasaanku, kepercayaanku, dan
apapun yang kupunya sudah kuutarakan padamu. Tapi mengapa setelah aku
mengutarakan dan memberikan segalanya, aku baru menyadari bahwa mungkin saja
kau mempermainkanku.
Entahlah, aku tidak tahu. Ini
hanya pemikiranku sendiri. Aku tidak mengerti mengapa, hanya saja perasaanku
selalu gelisah setiap kali menyangkut tentang namamu. Apapun, siapapun yang
selalu menyangkutkan namamu dalam setiap detailnya, aku merasa gelisah.
Ajari aku melupakan..
Kiranya kata ‘melupakan’ akan
menjadi pendampingku untuk sementara waktu. Sampai kau menjelaskan segala
kegundahan hatiku. Kata-kata indah yang kau bisikkan, janji-janji manis yang
pernah kau ucapkan hanya tinggal harapan yang perlahan memudar tanpa pernah ada
bukti.
Aku menyerah. Ya, menyerah.
Diujung sebrang sana, ada yang menantimu
selain aku. Kiranya, kau berkenan untuk menghampirinya. Atau mungkin saja kau
sudah menghampirinya tanpa sepengetahuanku? Aku tidak tahu. Yang jelas, aku
sakit.
Jangan cari aku. Aku akan selalu
merapalmu dalam setiap untaian doaku. Hanya saja, untuk saat ini aku butuh
ruang untuk sedikit ‘melupakan’-mu.
Ajari aku caranya melupakan,
wahai gemintang..
Aku lelah..
0 komentar:
Posting Komentar