Aku bercengkrama dengan seseorang. Aku baru saja mengenalnya, mungkin ini pertama kalinya kita berbicara dengan banyak kosakata. Sebelumnya yang kita lakukan hanya sebatas saling menatap atau mungkin berbicara satu dua kata yang tidak terlalu penting.
Kita baru saja saling mengenal, tapi mengapa rasanya aku sudah mengenalmu jauh sebelum perbincangan kita sore itu. Satu hal yang tiba-tiba ada dipikiranku tentang kamu, "kamu terlalu rumit untuk menjadi seseorang." Tapi aku mulai paham mengapa kamu bersikap dingin. Bukankah segala akibat selalu memiliki sebab? Aku tidak tahu pasti apa yang kamu rasakan. Namun aku berusaha memahami bagaimana perasaanmu.
Banyak yang ingin kuketahui tentang kamu. Banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Namun aku terlalu takut dan aku terlalu pengecut untuk menanyakannya padamu. Aku takut kamu malah salah presepsi tentangku. Terlalu banyak trauma yang kualami, sehingga aku tidak tahu apa yang mesti aku perbuat. Haruskah aku menjadi temanmu? Bisakah aku menjadi temanmu?
Saat kau menceritakan tentang dirimu. Saat kau tertawa. Saat kau begitu terbuka padaku padahal kita baru saja saling mengenal. Aku jadi penasaran, bagaimana caramu memandang hidup ini?
Kukira aku tidak membutuhkan jawaban atas segala pertanyaanku tentangmu. Entah mengapa ketika melihat salah satu media sosialmu, aku bisa merasakan apa yang kau rasakan. "Kamu berbeda," ucapku dalam hati.
Banyak hal yang membuatku berdecak kagum terhadapmu, namun aku tidak tahu pasti apa alasannya. Yang jelas dimataku kamu istimrwa. Jadi, bisakah kita terus saling mengenal? Bisakah kita berteman?
Tolong jawab pertanyaanku jika kau membacanya...
アスカ's story
Aku, kamu, mereka dan cerita kita.
Kamis, 09 April 2015
Selasa, 07 April 2015
Sebab Aku Terlalu Takut
Ini pertemuan kesekian kita sejak pertama kali aku menjatuhkan mataku pada bayang dirimu yang berada disebrang sana. Kau asik membidik objek, sedangkan aku asik memandangimu. Hari itu hari dimana aku baru memulai kehidupan menjadi seorang mahasiswa. Awalnya aku tidak ingin jatuh cinta, awalnya aku berkomitmen untuk menutup hatiku rapat-rapat. Tapi siapa yang bisa menebak isi hati seseorang?
Sebab terlalu sering kumencinta tanpa balasan. Karena berulangkali aku diberi harapan kemudian dijatuhkan kedasar jurang. Cinta harusnya tidak menyakitkan, tidak sakit begitu parah. Namun apa yang sering kujadikan alasan untuk mencintai selalu menyakitkan hati.
Aku tak pernah berani menatap lebih jauh kedalam matamu, sebab aku terlalu takut untuk menerka dan terbelenggu didalamnya. Menurutku, mata adalah cermin yang tak pernah berbohong. Tidak seperti kertas yang dapat berubah menjadi kotor karena tertumpah tinta. Karena mata adalah perkataan paling jujur dibandingkan lisan. Sebab aku tak pernah berani menatapmu. Aku terlalu takut. Aku sangat takut. Takut menemukan hal yang bisa membuatku terjerembab dalam perasaan ini, kemudian retakan hati yang sudah kususun menjadi hancur lagi.
Biarkan aku menjadi penggemar rahasiamu saja. Cukup hanya memandangmu dari kejauhan. Cukup dengan menundukkan kepalaku dalam-dalam ketika kau melewati aku. Sebab aku terlalu takut memandang kedua mata indahmu.
Penikmat keindahanmu,
Aku
Sabtu, 10 Januari 2015
Aku tidak sedih, sungguh
Ada yang ingin
kuceritakan pada senja, namun aku terlambat untuk datang dan senja terlalu
cepat berpulang. Aku hanya tidak tahu kepada siapa aku harus mengadu. Semua
yang kurasakan terasa sesak didalam dada. Tak ada satu orangpun yang mampu
untuk mengerti.
Apa yang
sebanarnya tengah kita jalani? Sebuah hubungan? Jika memang iya, maka
seharusnya ada dua orang yang saling mencintai, saling menyayangi, saling
mengerti dan saling memaklumi. Mengapa dunia yang kita buat hanya sebatas amarah
dan keegoisan? Padahal pondasi yang kita buat berawal dari kenyamanan.
Sabtu, 08 November 2014
Aku pergi, Gema..
Semalam, kucoba penjamkan kedua
mata ini namun tidak bisa. Rasanya seperti ingin menguliti mimpi. Aku
ingin sekali terlelap barang sejenak saja. Melupakan segalanya termasuk
tentangmu, Gema.
Rabu, 30 Juli 2014
Stranger Man
Dahulu aku mengenalmu. Dahulu aku
dan kamu sering menciptakan tawa bersama. Dahulu kita pernah beriringan
menapaki sebuah jalan bersama-sama. Dahulu kita memiliki tujuan yang sama.
Betapa aku sangat bahagia saat kau menemaniku melewati bintang demi bintang
setiap malamnya.
Aku tak ingin segalanya cepat
berlalu. Namun waktu itu, aku tak sempat menghalau egoku. Seandainya dulu aku
tak menuruti kebodohanku, mungkin saja kita masih menjadi orang yang sama. Aku
kehilangan kamu. Genggamanmu lepas begitu saja ketika aku menahannya terlalu
erat. Sayangnya, kesempatan tak pernah mengizinkanku untuk memulai segalanya
lagi denganmu.
Kamis, 24 Juli 2014
Hopeless
Aku menulis ini karena sudah terlalu lelah untuk
berbicara. Bukan mulutku bisu, hanya saja lidahku rasanya kelu. Semua hal yang
kutulis hanya memiliki satu tema. Kamu. Rasanya tak pernah habis untuk menulis
tentangmu. Rasanya sulit untuk tidak mengungkapkan sesuatu kepadamu walau hanya
lewat sebuah tulisan.
Banyak hal yang ingin kuceritakan tentang kamu. Banyak hal yang ingin
kutanyakan padamu. Banyak hal yang ingin kuberitahu kepadamu. Tapi mengapa kau
cepat sekali berlalu kemudian berlari? Bahkan langkahku pun tak mampu
menyaingimu. Langkahmu terlalu besar dan pasti, sedangan aku hanya memiliki
langkah kecil juga rapuh. Lalu bagaimana mungkin aku bisa menyeimbangkan
setapak jalan yang kau lalui?
Kau menginginkan tempat tertinggi didunia, tapi aku hanya menginginkan
kamu disekitar duniaku. Bukankah sudah jelas kalau kita memiliki visi yang
berbeda dalam memandang hidup? Lalu untuk apa lagi kita mencoba bertahan dalam
sakit yang jelas-jelas tak akan terobati?
Jika kau terlalu lelah dalam mengejar tempat tertinggi didunia, maka
berhentilah. Kemudian menyerahlah. Aku akan tetap berada dibelakangmu. Meski
bukan aku yang kau inginkan. Walau bukan aku satu-satunya orang yang kau
butuhkan. Tapi aku akan menjadi seseorang yang baik untukmu bersandar. Maka
datanglah, kapanpun kau sempat.
Jangan terlalu lama membuatku menunggu. Jangan terlalu lama mengulur
hatiku. Karena jika kau telat satu menit saja maka kamu akan kehilangan
segalanya, termasuk aku. Aku bukan seseorang yang baik dalam menunggu, tapi aku
juga bukan seseorang yang baik dalam melupakan. Jadi kumohon, jangan pernah
membuatku menderita lagi.
Selasa, 22 Juli 2014
Setelah Sekian Lama Perkenalan Kita
Malam ini tiba-tiba saja aku
mengingat namamu lagi. Kau yang waktu itu mengobati perasaanku ketika aku
terluka. Kau yang selalu hadir tepat waktu ketika aku membutuhkan seseorang. Anggap
saja rasa cintaku terhadapmu dari dulu tak pernah berubah. Setiap kau datang
aku selalu bersukacita menyambutmu. Kau menyambutnya dengan perasaan hangat.
Kau menawarkan kembali cinta yang pernah meredup. Aku terseyum, lalu membuka
hatiku lebar-lebar untuk kau jelajahi.
Langganan:
Postingan (Atom)