Malam ini tiba-tiba saja aku
mengingat namamu lagi. Kau yang waktu itu mengobati perasaanku ketika aku
terluka. Kau yang selalu hadir tepat waktu ketika aku membutuhkan seseorang. Anggap
saja rasa cintaku terhadapmu dari dulu tak pernah berubah. Setiap kau datang
aku selalu bersukacita menyambutmu. Kau menyambutnya dengan perasaan hangat.
Kau menawarkan kembali cinta yang pernah meredup. Aku terseyum, lalu membuka
hatiku lebar-lebar untuk kau jelajahi.
Rinduku belum sempat kau obati,
namun kamu malah melangkah pergi. Kamu buru-buru pamit untuk pergi dariku lagi.
Aku berusaha menahanmu, namun kau berjanji untuk kembali. Aku hanya bisa mengantarkan
kepergianmu hingga kedepan gebang dengan keyakinan kau akan kembali lagi suatu
saat nanti, sama seperti sebelum-sebelumnya.
Aku menatap punggungmu yang
berlalu meninggalkanku. Aku harus menyesal dan menyesal lagi, mengapa harus
sesingkat ini kita bertemu? Aku belum bercerita kepadamu tentang bagaimana kau
mengambil duri kecil yang menancap dihatiku. Aku belum bercerita kepadamu
betapa bahagianya aku masih bisa menggenggam tanganmu. Namun aku menggenggammu
terlalu erat hingga tanpa sadar kau malah melonggarkan genggamanku dan
menghilang.
Sudah 7 bulan berlalu dan aku
masih setia menjadi pendamping khayalanmu. Aku masih berharap kau akan kembali.
Aku baru menyadari bahwa rasa yang kumiliki bukan lagi perasaan sayang,
melainkan perasaan takut akan kehilanganmu. Aku selalu setia menjadi stalkermu.
Aku tidak tahu apa alasanku, hanya saja aku tak bisa bila tak mengetahui kabarmu.
Harusnya aku bisa menyapamu jika
aku mau. Harusnya aku bisa menanyakan sesuatu padamu. Aku memiliki nomor
ponselmu, kita berteman di bbm dan media sosial. Namun aku tak pernah berani
untuk memulai. Aku hanya terlalu takut mengetahui kenyataan jika kau sudah
memiliki tambatan hati lain.
Aku tidak mau menangis karenamu,
namun malam ini aku malah menangis karena tak bisa menyapamu. Aku membuka chat
darimu, berusaha untuk mengetikkan sesuatu seperti say hello atau mungkin
menanyakan kabarmu. Namun lagi-lagi jariku rasanya kelu, aku menghapus
ketikanku dan enggan memulai chat denganmu. Hanya sebatas itu yang sanggup
kulakukan.
Jika sebelumnya aku memiliki
kesempatan untuk meninggalkanmu, aku akan mengambil langkah itu. Aku sudah
berjanji untuk melupakanmu, aku sudah bertekad untuk menghapusmu. Sudah sejak lama kulakukan, namun mengapa aku selalu gagal dan kalah?
Sadar bahwa kita belum memiliki
status apapun. Aku hanya menginginkan kejelasan dan kepastian darimu. Aku memang
tidak secantik dan seglamor mantan kekasihmu. Aku gadis biasa yang hanya jatuh
hati kepadamu. Sudah ratusan air mata yang jatuh sia-sia demi menangisimu. Bukan
salahmu yang meninggalkanku, tapi harapanku yang terlalu tinggi bisa
menggapaimu. Beberapa orang membencimu karenaku, seolah aku tersakiti olehmu. Mungkin memang benar kau menyakitiku, namun aku selalu membela namamu didepan mereka. Aku masih
saja membelamu, apa aku salah?
Jelaskan padaku, apa aku salah
jika aku masih menunggumu yang pamit pergi dariku? Salahku kah jika aku menutup
hati pada orang lain dan bertahan demi kamu yang suatu saat akan kembali
padaku? Apa aku pun salah jika melakukan
semua itu?
Wahai lelaki yang kucintai,
jelaskan padaku mengapa kau pergi meninggalkanku. Dan jelaskan padaku tentang
semua perasaan yang kau miliki, agar aku mengetahuinya. Ceritakan bagaimana
perasaanmu padaku. Apakah kau juga mencintaiku?
Demi rintik hujan yang kini
tengah membasahi malamku, sadarkanlah aku jika kau memang tak mencintaiku. Lukailah
perasaanku agar aku tak berharap banyak padamu dan segera melupakanmu. Aku
hanya takut kehilanganmu. Tapi jika aku memang benar-benar harus kehilanganmu
aku akan berusaha melepaskanmu dan mengobati lukaku sendiri. Tolong sadarkanlah
aku tentang perasaan ini!
0 komentar:
Posting Komentar