Ada yang mengalihkan perhatianku ketika aku selalu tertumpu pada satu arah. Kamu. Sosok pria yang tak pernah ada dalam bayanganku bahkan dalam list pria idamanku. Kita selalu bersama tapi sayangnya masing-masing dari kita tidak pernah merasa saling peduli satu sama lain. Hingga saat itu tiba—beberapa bulan yang lalu, dimana aku dan kamu selalu disatukan dalam ruang dan lingkup yang sama. Entah kebetulan atau memang takdir.
Ada hal tentang dirimu
yang mengubah segala presepsiku tentang kamu. Kupikir dulu kau ‘aneh’ tapi
seiring dengan kedekatan yang semakin nyata ini aku sadar bahwa aku harus
mengakui bahwa kamu ‘berbeda’ atau bahkan ‘istimewa’. Bukan, bukan sekedar
isapan jempol atau pengungkapan imajiner semata. Tapi pada faktanya kau memang ‘berbeda’
dari kebanyakan pria. Satu hal yang mendasari segala argumenku, sebab aku nyaman didekatmu.
Detik ini kubiarkan
segala pusat diotakku untuk berhenti sejenak dan kubiarkan hati bersaksi secara
jujur dan blak-blakan. Nyatanya benar, bibit-bibit perasaan dalam hatiku mulai
tumbuh padamu. Sadarkah kau jika aku seringkali memperhatikanmu dari kejauhan? Sadarkah
kau, jika aku selalu menaruh minat yang antusias ketika kau sedang berbicara? Sadarkah
kau jika aku selalu melakukan hal-hal bodoh untuk menarik perhatianmu? Tak sadarkah
wahai kamu?
Satu waktu, kutemukan
segala perasaanku yang mulai tumbuh ini sia-sia. Percayakah kamu, jika aku
sudah mulai merasa tidak peduli pada seseorang yang tengah dekat denganku—seseorang
yang tak penah memberiku kepastian selama hampir 5bulan kedekatan ini—dan semua
itu disebabkan oleh satu hal, sebab aku menaruh perasaan padamu.
Believe
it or not, saat bersamamu aku menemukan sebuah alasan. Tak ada
yang kuinginkan selain memberhentikan waktu pada saat itu juga, membiarkan
kenyamanan ini terus berjalan tanpa waktu perlu ikut campur.
Tapi semua yang kupunya
pada akhirnya hanya akan menjadikan sia-sia. Aku sadar, sangat sadar bahkan. Bukan
aku yang kau pandang, bukan aku yang kau lirik. Tapi dia, wanita lain yang
kuketahui kini telah memenuhi ruang dihatimu. Menyakitkan memang, ketika aku
mulai melupakan pengabaian seseorang itu dan mulai beralih padamu, tapi kamu
malah memilih wanita lain. Dan betapa aku tak ingin mendengar seluruh
perasaanmu terhadapnya. Egoiskah aku?
Aku masih menjadi
wanita pengecut, yang menjadikan tulisan sebagai pelarian tanpa pernah
mengungkapkan langsung. Tapi jika aku mengungkapkan langsung, apa hal itu akan
membuatmu berubah pikiran? Kurasa tidak. Wanita itu lebih pantas disampingmu dibanding
aku. Percayalah.
Maafkan aku telah lancang
menaruh hati padamu.
Dari seseorang yang selalu
bersedia dibelakangmu,
With love,
Yamashita Asuka
0 komentar:
Posting Komentar