Kau masih ingat 29 hari yang lalu?
Tepat jam 6 petang, ketika senja hendak akan muncul tetapi enggan datang karena
adanya hujan. Hujan 29 hari yang lalu, aku merasa kecewa dan sedih. Entah
kenapa, padahal kita tak pernah punya hubungan yang istimewa. Harusnya memang
tidak pernah punya. Tapi mungkin perasaanku yang terlalu melebih-lebihkan ini,
aku semakin sedih ketika menyadari kau tak ada ditempat biasa kau tinggal.
Aku memasuki kamarmu yang begitu sunyi,
gelap dan ah aku tidak bisa menjabarkannya lagi. Kupandangi sekeliling kamarmu,
buram, berantakan dan aku tak suka melihatnya. Didalam kamarmu aku menangis,
berharap kau ada disana memelukku dengan erat. Tapi itu rasanya mustahil.
Kupandangi diriku didepan cermin tempat
biasa kau bercermin pula. Wajahku tak karuan, bahkan mungkin sama tak karuannya
dengan kamarmu. Disetiap sudut kamarmu selalu tercium bau khas-mu yang selalu
kurindukan. Apa-apaan aku ini? Merindukanmu sedalam ini, padahal kau bukanlah
sesiapa.
Kupandangi lagi cermin itu agak jauh.
Aku sedikit terkejut ketika menyadari ada sebuah tulisan hasil goresan tanganmu
didalam cerminmu yang berdebu itu. Kata itu adalah DIE. Apa yang sedang kau
pikirkan? Aku semakin tak mengerti.
Aku sedang mencari jawaban atas segala pertanyaanku.
Dan jawaban yang kutemukan, kamu adalah kumpulan hujan yang selalu kurindukan.
0 komentar:
Posting Komentar