Seandainya sejak dulu aku tahu, bahwa kamu
berencana untuk memiliki dia. Mungkin aku tak akan seperti ini. Seandainya
sejak dulu aku tahu, kalau kamu menaruh hati padanya. Mungkin aku tak akan
mendekatinya sejauh ini. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku sudah
terlanjur menyayanginya seperti saudaraku sendiri. Rasanya tidak mungkin kalau
aku harus menjauhinya karena keegoisan ini.
Aku gamang, menentukan sebuah pilihan.
Menjauhinya karenamu atau terus mendekatinya dengan mengabaikan kehadiranmu?
Aku kehilangan arah juga kata-kata. Aku bingung harus bagaimana menceritakan
hal ini kepadanya. Hei kamu, apakah kamu sudah menceritakan segalanya tentangku
kepadanya?
Aku ingin sekali bercerita kepadanya, bahwa
aku dan kamu dulu pernah saling memiliki. Dulu kita pernah saling menyayangi,
memberi juga mengasihi. Rasanya belum hilang jejak-jejak kenangan itu. Meski
pada akhirnya aku bisa melupakanmu sedikit demi sedikit oleh lelaki yang baru.
Dialah yang menyembuhkanku dari rasa trauma ini.
Hei kamu, tahukah kau ketika aku mengetahui
bahwa kamu dan dia kini sudah menjalin ikatan? Rasanya begitu sakit, perih dan
nyeri. Aku sempat berpikir, mengapa kau mencintai dia dan menjadikannya sebagai
kekasihmu? Aku tahu ini bukan hakku, tapi mengapa harus dia yang kau jadikan
kekasih? Mengapa bukan yang lain? Dia dan aku begitu dekat, kami sudah seperti
saudara. Aku hanya tidak ingin merusak persaudaraan ini hanya karena kau
mencintai dia.
Cukuplah aku yang tahu, semoga dia tak pernah
tahu tentang masa lalu kita dulu.
0 komentar:
Posting Komentar