Aku sudah berusaha sekuat tenaga yang bisa kusanggupi untuk
tetap menjaga perasaan ini. Bertahan walau sebenarnya aku merasa sudah tidak
sanggup lagi. Terlalu banyak uraian air mata yang kujatuhkan hanya demi
mempertahankanmu . Sudahkah kau tahu itu, sayang?
Bahkan aku tak pernah mengindahkan masa laluku lagi. Padahal
dengan sangat jujur, aku ingin sekali menjamah yang telah lalu. Bukankah yang
sudah terlalu lama berpulang akan kembali dirindukan? Begitupula aku.
Kubentengi hasratku kemudian kututup kedua telinga dan mataku, hanya untuk
tetap berfokus kepadamu. Segala perhatian yang kupersembahkan untukmu hanya kau
anggap omong kosong belaka. Aku tak ada lagi artinya dimatamu. Lalu untuk apa
selama ini aku memperjuangkanmu?
Pertengkaran kecil yang seharusnya bisa kita selesaikan
dengan kata ‘maaf’, kini hanyalah
sebuah cerita. Ada celah keegoan diantara kita, yang membuat kita saling
bersitegang. Tak sadarkah kamu bila setiap malam aku mulai merindukan ‘kita yang dulu’? dimanakah letak kasih
sayangmu padaku saat ini? Mungkin saja sudah tertimbun keangkuhan hati yang tak
lagi mengenal tentang sebuah pengorbanan dan perjuangan.
Ada satu hal yang masih ingin kutanyakan padamu setiap
pertengkaran itu terjadi, ‘apakah kau mengenaliku dengan baik?’.
Aku tahu, bahkan sangat tahu. Kau akan menjawab ‘tentu saja aku mengenalimu,
karena kau kekasihku’. Ya, kamu benar. Aku memang kekasihmu, tapi kau
tak pernah mengenaliku sepenuhnya. Aku yang kau kenal hanya sebatas kekasihmu
bukan pribadiku sendiri. Aku sadar kau memang tidak bisa menerima aku apa
adanya. Jujur saja, aku pun seperti itu.
Selama ini kita selalu mencoba untuk saling mempertahankan.
Bukan mempertahankan diantara kita, tapi mempertahankan sebuah hubungan yang
terombang-ambing oleh asa yang tak kunjung usai. Demi desiran angin yang
menyejukkan kalbu, aku ingin kau memperjuangakn aku sepenuh hatimu, bukan hanya
cerita belaka yang kemudia dilupakan.
Wahai sayang, aku hanya menginginkan yang terbaik untukmu.
Namun apabila aku salah dalam segala tindakanku, aku minta maaf. Semua yang
kulakukan itu berada dibawah batas kesadaanku. Ini adalah cara hidupku. Ini
cara aku memperlakukan diriku sendiri dan orang lain. Kumohon, terimalah aku
dengan segala keterbatasanku. Kumohon, sayang.
0 komentar:
Posting Komentar